Minggu, 29 Maret 2015

Mengapa Kau Tidur Diwaktu Mustajab Untuk Doa?


Hasil gambar untuk gambar berdoa

Kisah ini datang dari Ummu Asma dan putrinya, Asma.

Orang tua Ummu Asma menikahkannya pada tahun 1390 H dengan laki-laki soleh. Ia pun tinggal bersama suami di rumah orang tua suaminya, di Riyadh. Setahun kemudian, kebahagiaan bertambah dengan lahirnya putrid mereka, Asma.

Setahun setelah kelahiran Asma, suaminya pindah kerja ke daerah Timur Arab Saudi sehingga membuatnya harus meninggalkan keluarga selama selama sepekan untuk bekerja dan kemudian pulang tinggal di rumah selama sepekan. 

Tiga tahun berlalu, kabar sedih datang. Suami Ummu Asma kecelakaan dan membuatnya menjadi koma. Dokter yang menanganinya mengatakan 95% otak suaminya mengalami kelumpuhan.
Ummu Asma menutupi kejadian ini dari putrinya. Setiap putrinya menanyakan ayahnya, ia memang tidak memberitahukan jika sang ayah tengah koma. Kesedihan terus bertambah setiap kali putrinya bertanya.

Lima tahun berlalu, sang suami belum juga sadar dari komanya. Sebagian orang menyarankan Ummu Asma untuk mengajukan cerai ke pengadilan. Tapi, Ummu Asma bertekad selama suaminya belum dikubur karena meninggal, ia akan tetap menjadi istri baginya.
Kesendiriannya membuatnya harus mendidik Asma seorang diri. Ia memasukkan Asma ke sekolah tahfidz. Asma kemudian telah terbiasa melakukan solat malam ketika berusia 7 tahun dan dapat menghafal Alquran pada usia 10 tahun. Seiring dengan itu, Asma berkembang menjadi lebih dewasa. Sehingga Ummu Asma berfikir, bahwa sudah waktunya baginya untuk memberi tahu pada Asma keadaan yang sebenarnya tentang ayahnya.

Ummu Asma memberi tahu keadaan yang sebenarnya tentang Ayah Asma. Asma menangis.

Sejak Asma tahu bahwa ayahnya koma, ia selalu mendampingi Umminya ke rumah sakit. Mendoakan dan meruqyah ayahnya. Ia juga bersedekah untuk ayahnya.
Satu hari di tahun 1410, Asma meminnta izin untuk menginap di rumah sakit menunggui ayahnya. Berat hati Ummu Asma, tapi kemudian memberikan izin.

Di rumah sakit, malam itu Asma duduk di samping ayahnya. Ia membacakan surat Albaqarah. Usai membaca surat Albaqarah, kantuk muncul dan Asma pun tertidur. Ketika Asma terbangun, ada ketenangan ia rasa. Ia berwudhu dan segera mengerjakan solat malam.

Usai solat, rasa kantuk kembali datang. Tetapi, kantuk itu segera hilang ketika Asma mendengar suara. “Bangunlah…, bagaimana mungkin engkau tidur sementara waktu ini adalah waktu mustajab untuk berdoa? Allah tidak akan menolak doa hamba di waktu ini.”

Asma segera mengangkat tangannya berdoa: “Yaa rabbi … , Yaa Hayyu …, Yaa Adziim…, Yaa Jabbar…, Yaa Kabiir … , Yaa Mut’aal …, Yaa Rahman …, Yaa Rahiim …, ini adalah ayahku, seorang hamba dari hamba-hamba-Mu. Ia telah ditimpa penderitaan dan kami telah bersabar, kami memuji Engkau…, kami beriman dengan keputusan dan ketetapan-Mu baginya … . Ya Allah…, sesungguhnya ia berada di bawah kehenda-Muu dan kasih saying-Mu …, Wahai Engkau yang telah menyembuhkan nabi Ayyub dari penderitaannya, dan telah mengembalikan nabi Musa kepada ibunya … . Yang telah menyelamatkan nabi Yunus dari perut paus, Engkau telah menjadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi nabi Ibrahim …, sembuhkanlah ayahku dari penderitaannya … . Ya Allah, sesungguhnya mereka telah menyangka bahwasannya ia tidak mungkin lagi sembuh … . Ya Allah …, milik-Mu-lah kekuasan dan keagungan, sayangilah ayahku, angkatlah penderitaannya … .” panjang doa Asma.

Menjelang subuh, Asma kembali didera kantuk dan tertidur. Hingga kemudian ia mendengar suara: “siapa engkau? Mengapa engkau di sini?” suara itu membangunkan Asma.

Asma menoleh dan mencari sumber suara. Ia mendapatkan suara itu dari laki-laki di atas tempat tidur.

“Ayah …” Pekik Asma bahagia sambil memeluk ayahnya.

 =====

Sumber gambar: Google

Sumber tulisan: http://kisahikmah.com/kisah-istri-shalihah-setia-menunggu-suami-6-tahun-koma/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar