Rabu, 18 Juni 2014

SENI MENYAMPAIKAN NASIHAT


Semua nasihat pastilah bertujuan baik. Akan tetapi, niat baik tidak selalu dapat diterima oleh anak kita yang sedang dinasihati. Ketika kita menyampaikan nasihat, bias jadi justru itu hanya perkataan yang sekedar masuk telinga kanan keluar telinga kiri atau bahkan menjadi pemicu anak untuk membuat pelanggaran berikutnya. Seringkali kita mendengar orang tua mengeluhkan sikap anaknya padahal orang tua sudah berungkali mengingatkan (menasihati), tapi sikap anak tidak juga ada perubahan.
Tidak sampainya nasihat yang berikan pada anak bukan berarti anak tidak dapat dinasihati. Akan tetapi kita perlu seni, bagaimana kita menyampaikan nasihat sehingga dapat lebih tepat sasaran. Berikut seni menyampaikan nasihat:
1.       Undang anak bicara
Banyaknya nasihat yang tidak didengar oleh anak adalah karena memang karena terlalu banyaknya orang tua yang bicara. Orang tua tak pernah mau memahami hati anak. Yang dilakukan hanya menyampaikan nasihat tanpa memperhatikan apakah nasihat itu dapat diterima atau tidak oleh si anak. Ribuan kalimat terus disampaikan tanpa memberikan kesempatan pada si anak untuk mengungkapkan perasaannya. Seharusnya biarkan anak mengungkapkan perasaannya baru kemudian orang tua berbicara.
2.       Pilih waktu yang tepat
Orang tua seringkali menyampaikan nasihat dalam waktu yang incidental. Dimana hati teringat, disitu  kalimat nasihat meluncur. Pilihlah waktu yang tepat untuk menyampaikan nasihat. Beberapa waktu yang dapat digunakan untuk menyampaikan nasihat adalah ketika berada di atas kendaraan, waktu makan bersama dengan keluarga, waktu anak sakit, dan waktu akan berangkat tidur.
Khusus pada saat berangkat tidur, orang tua dapat menyampaikan nasihat dalam bentuk cerita hikmah.
3.       Pilih bahasa yang santun.
“Anakku nilai raportnya kebakaran.” Pernah mendengar ungkapan orang tua yang mengeluhkan prestasi anaknya yang turun seperti itu? Atau dengan kalimat “Raport anakku mencret.”
Baikkah ungkapan seperti itu? Seringkali orang tua mengeluhkan hasil belajar anaknya kemudian segera menghujani anak dengan kata-kata yang kalau didengar anak akan menyakiti hati sang anak. Hasilnya, sebagian kecil anak memang akan termotivasi untuk belajar lebih giat. Tapi, tidak sedikit kemudian yang membuat anak menjadi tersakiti dan tidak tergerak untuk memperbaiki nilainya.

Kemampuan orang tua untuk mengajak bicara anak akan membuat anak merasa dimengerti dan bisa menjadi diri sendiri, bukan menjadi apa yang dimaui oleh orang tua. Waktu yang tepat menyampaikan nasihat akan membuat nasihat itu mengena di hati anak sehingga anak akan lebih bisa menerima. Dan bahasa yang santun menghindarkan anak dari rasa tersakiti.


Sumber gambar : Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar