Semua nasihat
pastilah bertujuan baik. Akan tetapi, niat baik tidak selalu dapat diterima
oleh anak kita yang sedang dinasihati. Ketika kita menyampaikan nasihat, bias
jadi justru itu hanya perkataan yang sekedar masuk telinga kanan keluar telinga
kiri atau bahkan menjadi pemicu anak untuk membuat pelanggaran berikutnya.
Seringkali kita mendengar orang tua mengeluhkan sikap anaknya padahal orang tua
sudah berungkali mengingatkan (menasihati), tapi sikap anak tidak juga ada perubahan.
Tidak
sampainya nasihat yang berikan pada anak bukan berarti anak tidak dapat
dinasihati. Akan tetapi kita perlu seni, bagaimana kita menyampaikan nasihat
sehingga dapat lebih tepat sasaran. Berikut seni menyampaikan nasihat:
1.
Undang anak bicara
Banyaknya nasihat yang tidak
didengar oleh anak adalah karena memang karena terlalu banyaknya orang tua yang
bicara. Orang tua tak pernah mau memahami hati anak. Yang dilakukan hanya
menyampaikan nasihat tanpa memperhatikan apakah nasihat itu dapat diterima atau
tidak oleh si anak. Ribuan kalimat terus disampaikan tanpa memberikan
kesempatan pada si anak untuk mengungkapkan perasaannya. Seharusnya biarkan
anak mengungkapkan perasaannya baru kemudian orang tua berbicara.
2.
Pilih waktu yang tepat
Orang tua seringkali menyampaikan
nasihat dalam waktu yang incidental. Dimana hati teringat, disitu kalimat nasihat meluncur. Pilihlah waktu yang
tepat untuk menyampaikan nasihat. Beberapa waktu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan nasihat adalah ketika berada di atas kendaraan, waktu makan
bersama dengan keluarga, waktu anak sakit, dan waktu akan berangkat tidur.
Khusus pada saat berangkat tidur,
orang tua dapat menyampaikan nasihat dalam bentuk cerita hikmah.
3.
Pilih bahasa yang santun.
“Anakku nilai raportnya kebakaran.”
Pernah mendengar ungkapan orang tua yang mengeluhkan prestasi anaknya yang
turun seperti itu? Atau dengan kalimat “Raport anakku mencret.”
Baikkah ungkapan seperti itu? Seringkali
orang tua mengeluhkan hasil belajar anaknya kemudian segera menghujani anak
dengan kata-kata yang kalau didengar anak akan menyakiti hati sang anak.
Hasilnya, sebagian kecil anak memang akan termotivasi untuk belajar lebih giat.
Tapi, tidak sedikit kemudian yang membuat anak menjadi tersakiti dan tidak
tergerak untuk memperbaiki nilainya.
Kemampuan
orang tua untuk mengajak bicara anak akan membuat anak merasa dimengerti dan bisa
menjadi diri sendiri, bukan menjadi apa yang dimaui oleh orang tua. Waktu yang
tepat menyampaikan nasihat akan membuat nasihat itu mengena di hati anak sehingga
anak akan lebih bisa menerima. Dan bahasa yang santun menghindarkan anak dari
rasa tersakiti.
Sumber gambar : Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar