“Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah
lagi maha penyayang.”
Begitulah
kalimat pertama yang tertera dalam Alquran. Mudah dan simpel untuk diingat dan
diucapkan. Begitu mudah juga kita untuk menemukan orang yang dengan begitu
ringan mengucapkan kalimat itu. Namun, mudah, simpel dan ringan pengucapan itu
ternyata tak simpel makna yang terkandung di dalamnya.
Bismillah
adalah kalimat pengakuan kita terhadap kekuasaan Allah, rabb semesta alam.
Dengan mengucapkan bismillah, kita tengah berdzikir kepada Allah. Kita mengakui
kekuasaan Allah. Dan, Kita telah bertawakkal kepada Allah. Orang yang
mengucapkan kalimat ini adalah orang-orang yang beriman kepada Allah. Sadar,
bahwa apa yang ia lakukan adalah di bawah pengawasan dan kekuasaan Allah.
Bismillah
juga adalah langkah awal untuk memulai. Memulai adalah belajar. Belajar untuk
selalu mengingat Allah, belajar untuk berserah diri terhadap kertentuan Allah
akan hasil karya kita. Belajar ikhlas terhadap apa yang kita berikan, dan belajar
taat terhadap semua hukum-hukum Allah. Bismillah, mari kita belajar!
Belajar
untuk selalu mengingat Allah. Dalam kondisi apapun hendaknya kita senantiasa
mengingat Allah. Dengan mengingat Allah maka kita akan terjaga dari perbuatan
yang Allah murkai. Jika kita alpa, segeralah untuk kembali mengingat Allah.
Belajar
ikhlas, erat kaitannya dengan memberi dan apa yang kita terima. Allah
memerintah kita untuk memberikan sebagian dari rezeki yang Allah berikan, bukan
memberikan sedikit. Kalau kita memberikan sedikit dari apa yang Allah berikan
maka belajar ikhlas di sini tentunya berkadar rendah. Orang yang kadar belajarnya
rendah, maka hasil yang diperoleh juga akan rendah. Jadi mengapa tidak belajar
dengan memberikan sebagian dari yang Allah berikan kepada kita sehingga kita
bisa menjadi orang yang benar-benar ikhlas terhadap pemberian besar kita. Jika
sudah bisa ikhlas dengan pemberian yang besar, apatah lagi dengan pemberian
yang kecil?!
Belajar
tawakkal berhubungan dengan hasil akan apa-apa yang kita kerjakan. Ikhlas dengan
apa yang kita terima setelah kita berupaya dengan sekuat tenaga. Tidak
mengumpat terhadap apa yang kita terima walaupun tidak sesuai dengan apa yang
kita harapkan. Orang yang beriman bukan berarti orang yang dalam kehidupannya
selalu nyaman dan tanpa kesulitan. Sebagaimana usaha, mungkin semakin giat kita
berusaha semakin sulit kehidupan yang kita hadapi. Maka imanpun demikian.
Semakin beriman, semakin berat ujian yang kita dapati. Bukankah Allah
sudah berfiman: “{Apakah manusia mengira
bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan: “kami telah beriman.” Dan
mereka tidak diuji?} QS. 29:2.
semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar