Kamis, 26 Juni 2014

BISMILLAH

 “Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.”
Begitulah kalimat pertama yang tertera dalam Alquran. Mudah dan simpel untuk diingat dan diucapkan. Begitu mudah juga kita untuk menemukan orang yang dengan begitu ringan mengucapkan kalimat itu. Namun, mudah, simpel dan ringan pengucapan itu ternyata tak simpel makna yang terkandung di dalamnya.
Bismillah adalah kalimat pengakuan kita terhadap kekuasaan Allah, rabb semesta alam. Dengan mengucapkan bismillah, kita tengah berdzikir kepada Allah. Kita mengakui kekuasaan Allah. Dan, Kita telah bertawakkal kepada Allah. Orang yang mengucapkan kalimat ini adalah orang-orang yang beriman kepada Allah. Sadar, bahwa apa yang ia lakukan adalah di bawah pengawasan dan kekuasaan Allah.
Bismillah juga adalah langkah awal untuk memulai. Memulai adalah belajar. Belajar untuk selalu mengingat Allah, belajar untuk berserah diri terhadap kertentuan Allah akan hasil karya kita. Belajar ikhlas terhadap apa yang kita berikan, dan belajar taat terhadap semua hukum-hukum Allah. Bismillah, mari kita belajar!
Belajar untuk selalu mengingat Allah. Dalam kondisi apapun hendaknya kita senantiasa mengingat Allah. Dengan mengingat Allah maka kita akan terjaga dari perbuatan yang Allah murkai. Jika kita alpa, segeralah untuk kembali mengingat Allah.
Belajar ikhlas, erat kaitannya dengan memberi dan apa yang kita terima. Allah memerintah kita untuk memberikan sebagian dari rezeki yang Allah berikan, bukan memberikan sedikit. Kalau kita memberikan sedikit dari apa yang Allah berikan maka belajar ikhlas di sini tentunya berkadar rendah. Orang yang kadar belajarnya rendah, maka hasil yang diperoleh juga akan rendah. Jadi mengapa tidak belajar dengan memberikan sebagian dari yang Allah berikan kepada kita sehingga kita bisa menjadi orang yang benar-benar ikhlas terhadap pemberian besar kita. Jika sudah bisa ikhlas dengan pemberian yang besar, apatah lagi dengan pemberian yang kecil?!

Belajar tawakkal berhubungan dengan hasil akan apa-apa yang kita kerjakan. Ikhlas dengan apa yang kita terima setelah kita berupaya dengan sekuat tenaga. Tidak mengumpat terhadap apa yang kita terima walaupun tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Orang yang beriman bukan berarti orang yang dalam kehidupannya selalu nyaman dan tanpa kesulitan. Sebagaimana usaha, mungkin semakin giat kita berusaha semakin sulit kehidupan yang kita hadapi. Maka imanpun demikian. Semakin beriman, semakin berat ujian yang kita dapati. Bukankah Allah sudah  berfiman: “{Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan: “kami telah beriman.” Dan mereka tidak diuji?} QS. 29:2.

semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar