![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF4LkFn0fW2EqrWVMi2lg5ZMmgl3jMAip-di_f1LbYQS45v7ERrRfgyVjljhzr897S37dJ7rZNKIisytpHl9xyk357f0oxQDCPQLzeMLu2vdLpPP13BH91tbcDHtJRYe5q9mRsXsi2y_o/s200/Abunawas.jpg)
Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman
ketika masih muda.
Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh
dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami
kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi
ibu bayi itu.
Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap
Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai
taktik rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus
salah satu wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan
Baginda
Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian
saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa.
Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan
Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas
tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari
berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti
yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada
di tempat.
Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas
memanggil algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu
diletakkan di atas meja.
"Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?"
kata kedua perempuan itu saling memandang. Kemudian Abu Nawas melanjutkan
dialog.
"Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari
kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?"
"Tidak, bayi itu adalah anakku." kata kedua
perempuan itu serentak.
"Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama
menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa
membelah bayi itu menjadi dua sama rata." kata Abu Nawas mengancam.
Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan
kedua menjerit-jerit histeris.
"Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu. Biarlah aku
rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu." kata perempuan
kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu
Nawas segera mengambil bayi itu dan langsung menyerahkan kepada perempuan
kedua.
Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan
perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih.
Apalagi didepan mata. Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas.
Dan sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat
hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. la lebih senang menjadi rakyat biasa.
=====
Copas dari:
Copas dari:
http://kisah-yang-penuh-hikmah.blogspot.co.id/2014/11/kisah-abu-nawas-ibu-sejati.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar