~ Ibnu Hajar rahimahullah berkata, para ulama berkata, “Hikmah di
balik penggembalaan kambing sebelum masa kenabian tiba adalah agar mereka
terbiasa mengatur kambing yang nanti dengan sendirinya akan terbiasa menangani
problematika manusia.”[Fathu Al Bari 1/144]
Para nabi berprofesi sebagai penggembala kambing semenjak
kecil, agar mereka menjadi penggembala manusia pada waktu mereka besar.
Sebagaimana Musa dan Muhammad serta para nabi lainnya shalawatullahi ‘Alaihim
wa Salamuh, pada awal kehidupan mereka telah berhasil menjadi penggembala
kambing yang baik, agar mengambil pelajaran setelah keberhasilan mengendalikan
binatang ternak menuju keberhasilan mengurus anak cucu Adam dalam mengajak,
memperbaiki dan mendakwahi mereka.[1] Agar sang da’i bisa sukses dalam berdakwah,
maka perlu memiliki pengetahuan tentang pentingnya kesinambungan dan praktik
secara langsung.
~ Dalam pekerjaan mengembala kambing terdapat pelajaran
membiasakan diri untuk sifat menyantuni dan mengayomi. Tatkala mereka bersabar
dalam mengembala dan mengumpulkannya setelah terpencar di padang gembalaan,
mereka mendapat pelajaran bagaimana memahami perbedaan tabiat umat, perbedaan
kemampuan akal. Dengan perbedaan tersebut maka yang membangkang mesti ditindak
tegas dan yang lemah mesti disantuni.
Hal ini memudahkan bagi yang memiliki pengalaman seperti itu
untuk menerima beban dakwah dibandingkan yang memulai dari langsung dari awal.
Itulah awal pembelajaran bagi para Nabi dengan cara menghadapi tabiat yang
berbeda, ada yang lemah, ada yang pincang dan bermaksud mendaki gunung, ada
yang tidak mampu untuk melintasi lembah. Dari situ, dia mempelajari bagaimana
meraih keinginan yang beragam sebagai pengantar untuk mengenal manusia dengan
tujuan dan maksud yang juga beragam. [2]
~ Para Nabi mengembala kambing semenjak mereka kecil dan
mereka menyandarkan kehidupan mereka melalui usaha mereka, memberikan pesan
tentang pentingnya seorang da’i menggantungkan dirinya kepada Allah dan tidak
menggantungkan hidupnya pada belas kasian orang lain.
Jika seorang menyandarkan dirinya kepada orang lain,
maka anak terjadi basa basi, sementara dakwah tidak mengenal basa basi, dan
seorang da’i mesti menjauhkan dirinya dari pemberian dan sedekah orang lain.
Manusia tidak akan menerima dakwah orang yang pernah suatu hari
menerima sedekah dan belas kasihannya, kemudian hari yang lain, dia
menasehatinya dan memperingatinya agar tidak terlena dengan dunia. Oleh karena
itu, rezeki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menjadi
pembicaraan orang Quraisy, Rasulullah hidup di antara mereka dengan
tidak meminta belas kasihan mereka, hal yang menyebabkan mereka setelah itu
mengungkit jasa dan kebaikan mereka.
====
Copas
http://www.kisahislam.net/2015/10/12/hikmah-dari-pekerjaan-setiap-para-nabi-rasul-yang-menggembala-kambing/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar