Kamis, 11 Juni 2015

Yang Tidak Dimiliki Oleh Enam Hal

Hasil gambar untuk gambar gurun
Ada enam hal yang tidak dimiliki oleh enam hal lainnya.
Pertama: tidak ada ketenangan bagi orang yang hasud
Kedua: tidak ada muru’ah (harga diri) bagi pendusta
Ketiga: tidak ada kecakapan bertindak bagi orang bakhil
Keempat: tidak ada amanah bagi orang yang diperbudak
Kelima: tidak ada kehormatan bagi oorang yang berbudi pekerti buruk, dan
Keenam: tidak ada penolakan bagi ketentuan Allah

(Ahnaf bin Qais rahimahullah)

 =====

Sumber; Kolom Qobasat majalah tarbawi edisi 243 th. 12

Senin, 08 Juni 2015

Indahnya Memberi

 #SerialCinta Anis Matta


Cinta itu indah. Kerena ia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Dan inti pekerjaannya adalah memberi. Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih dan berbahagia karenanya.
Para pencinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka: memberi. Terus menerus memberi. Dan selamanya begitu. Menerima? Mungkin atau bisa jadi pasti! Tapi itu efek. Hanya efek. Efek dari apa yang mereka berikan. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama. Sebab, adalah hakikat di alam selalu mengajak saudara-saudara kebajikan yang lain untuk dilakukan juga.
Itu juga yang membedakan para pencinta sejati dengan para pencinta palsu. Kalau kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu beikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu.
Para pencinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.
Bukan hanya itu. Rencana memberi yang terus terealisasi menciptakan ketergantungan. Seperti pohon tergantung dari siraman air dan cahaya matahari. Itu ketergantungan produktif. Ketergantungan yang menghidupkan. Di garis hakikat ini, cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup. Karena itu kehidupan yang mereka bangun seringkali tidak disadari oleh orang-orang yang menikmatinya. Tapi begitu sang pemberi pergi mereka segera merasakan kahilangan yang menyayat hati. Tiba-tiba ada ruang besar yang kosong tak berpenghuni. Tiba-tiba ada kehidupan yang hilang tak penghuni. Tiba-tiba ada kehidupan yang hilang.
Barangkali suatu saat kamu tergoda untuk menguji dirimu sendiri. Apakah kamu seorang pencinta sejati atau pencinta palsu. Caranya sederhana. Simak dulu pesan Umar bin Khatab ini: hanya ada satu dari dua perasaan yang mungkin dirasakan oleh setiap orang pada saat pasangan hidupnya wafat: merasa bebas dari beban hidup atau merasa kehilangan tempat bergantung.
Sekarang bertanyalah pada pasangan hidup Anda tanpa dia ketahui: jika aku mati sekarang, apakah kamu akan merasa bebas dari sebuah beban atau akan merasa kehilangan tempat bergantung? Kalau dia merasakan kehilangan, maka di langit hatinya akan ada mendung pekat yang mungkin menurunkan hujan air mata yang amat deras. jika tidak, mungkin senyumnya merekah sambil berharap bahwa kepergianmu akan memberinya kesempatan baru untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

 =====

Sumber: Facebook Anis Matta Quotes

Pilihan Orang Fakir dan Orang Kaya

Hasil gambar untuk gambar dunia

“Orang-orang fakir memilih lima keuntungan, sedangkan orang-orang kaya memilih lima resiko. Orang fakir memilih: ketenangan jiwa, ketenteraman hati, selalu mengadu pada tuhann, ringan timbangan keburukannya, dan kedudukannya yang tinggi. Sedangkan orang-orang kaya memilih: resiko kepayahan jiwa, kesibukan hati, mengabdi pada dunia, berat timbangan keburukannya, dan kedudukannya yang rendah.”
(Sufyan Ats Tsauri ra)



=====

Sumber: Kolom Qobasat Majalah Tarbawi Edisi 136 Th. 8

Minggu, 07 Juni 2015

Apakah Kalian Masih Menjadi Budak?

Oleh : Asy Syahid Sayyid Qutb
qutb45

Budak itu bukanlah orang yang karena dipaksa oleh keadaan sosial ataupun situasi ekonomi yang menjadikan mereka hamba sahaya, dimana para pemilik memperlakukan mereka sama dengan memperlakukan benda benda dan binatang. Yang hakiki mereka disebut budak itu  adalah orang orang yang diselamatkan oleh keadaan situasi ekonomi dari perbudakan, tetapi mereka berebut untuk menjadi budak dengan suka rela.
Budak saat itu bahkan termasuk orang orang yang mempunyai istana dan tanah perkebunan, mempunyai kecukupan dalam soal harta benda, mempunyai cara cara untuk bekerja dan berproduksi, tidak dikuasai oleh seorang pun dalam soal harta benda dan jiwa mereka, tetapi mereka saling berebut di pintu tuan tuan , saling berebut untuk menjadi budak dan memberi jasa. Mereka sendiri yang meletakkan belenggu di tengkuknya, yang merantai kakinya dan memasang lencana perbudakan, dengan saling berebut dan dengan rasa bangga pula.
Budak adalah orang orang yang berdiri di depan pintu tuannya, berdesak desakan, padahal mereka melihat dengan mata dan kepala mereka sendiri bagaimana tuan itu menyepak nyepak budak budaknya yang hina dina itu dengan tumit sepatunya, bagaimana budak budak itu diusir dari pekerjaan mereka sambil menunduk nundukkan kepala kepada tuan itu, lalu tuan itu menampar muka mereka dengan penuh kehinaan , dan memerintahkan agar mereka dilemparkan ke luar pintu. Tetapi setelah kejadian itu , mereka para budak itu kembali berdesak desakan di luar pintu, menawarkan jasa jasa untuk menggantikan orang orang yang telah dilemparkan ke luar. Semakin keras penghinaan kepada mereka , semakin mereka berdesak desakan di sekeliling tuan itu bagaikan gerombolan lalat mengelilingi bangkai.
Budak adalah orang orang yang melarikan diri dari kemerdekaan, bila mereka dihalau oleh seorang tuan, mereka akan mencari tuan yang baru. Di dalam jiwa mereka terdapat kebutuhan mendesak untuk hanya menjadi budak, karena mereka mempunyai indera ke-enam, atau ke-tujuh yaitu indera kehinaan. Kebutuhan ini harus mereka penuhi, kalau tidak ada orang yang menjadikan mereka budak, maka jiwa mereka akan haus untuk diperbudak, mereka berdesak desakan di sekitar pintu untuk minta diperbudak. Aneh…!
Budak adalah orang yang apabila telah dimerdekakan merasa iri kepada budak budak yang masih meringkuk dalam sangkar, bukan merasa iri kepada orang yang telah bebas merdeka, karena para budak itu takut akan merdeka, karena mereka meyakini memegang kehormatan diri itu adalah berat.
Tetapi anehnya , para budak itu kini menjadi orang orang yang perkasa di atas dunia ini, berlaku kejam dan bengis terhadap orang orang yang merdeka, yang dengan sukarela menganiaya orang yang merdeka, dan merasa senang sekali menyakiti orang orang merdeka, mereka lakukan begitu karena atas suruhan tuannya.
Mereka sama sekali tidak mengerti kenapa orang-orang yang merdeka itu mempunyai motivasi untuk menjadi merdeka. Mereka mengira kebebasan itu adalah suatu pemberontakan, kemuliaan sebagai suatu dosa, oleh sebab itu para budak melampiaskan kepada orang orang yang merdeka yang  tidak mau berjalan bersama dalam barisan budak budak.
Para budak berlomba lomba menciptakan kreasi baru untuk menghukum orang orang yang bebas merdeka, karena temperamen para tuan mereka itu sering merasa bosan dengan permainan yang berulang ulang. Tuan itu sering mengubah para pemain dan menggantinya dengan orang orang yang sudah menanti berdiri di depan pintu untuk bisa dimainkan oleh tuannya…(Dirasah Islamiyah, Sayyid Qutb)



 =====
Sumber: eramuslim.com